Oleh : Rachim Kallo (Bagian Kedua)
Pada tulisan bagian pertamanya, Karsin Kati selaku praktisi dan juga Ketua Umum Forum Seniman Musik Langgam Daerah Sulsel, opininya tidak terlalu fokus pada GKSDH yang terletak di Jalan Riburane Makassar, melainkan cenderung mengusulkan pembangunan Gedung Kesenian (GK) yang baru, ketimbang mempercantik dengan renovasi GKSDH.
Di tulisan bagian kedua ini, menurut Karsin Kati soal GK sebaiknya pertajam saja untuk bangunan baru, mungkin bisa di area Centre Point kawasan Metro Tanjung Bunga. Atau di area Benteng Somba Opu.
“Asal saja pemerintah betul-betul mau memajukan kesenian Sulsel dan keberpihakan kepada masyarakat seniman. Kalau soal dana seperti Centre Point kan banyak pengusaha disana, Citra Land misalnya, masa tidak mau sharing bersama pemerintah,” kata mantan ASN yang kini dimasa pensiunnya lebih fokus mengelola produk alat musik kecapi yang berlabel Kitoka.
Berapa sih modal yang dibutuhkan ? Ya, mungkin 250 miliar saya kira cukup. Ini hanya taksiran saya ya, dan kalau GK dibangun di lokasi Centre Point, tentu memberi dampak positif baik kepada pemerintah, maupun pembangunan yang ada disekitarnya. Silahkan pungut PAD.
Kalau sudah ada gedung yang bertaraf internasional pasti seniman lebih meningkatkan mutu karyanya yang juga tentu sudah kelas internasional, bagaimana seniman bisa berkreasi menciptakan karya-karyanya sementara gedung yang sekarang saja tidak memadai.
Ketika ditanya, apakah ada lokasi lain sebagai alternatif. Karsin Kati mencoba mengenang ketika masih aktif. Waktu Taman Budaya belum digabung dengan museum, pernah ada rencana membangun gedung pertunjukan di area Benteng Somba Opu (BSO).
Di tempat itu ada tanah pemerintah sekitar lebih 10 Ha, dan sudah beberapa kali didiskusikan master plannya oleh pemerintah bersama seniman, cuman persoalannya waktu itu bantuan dana dari Kementerian Kebudayaan tidak cukup.
BSO itu aksesbilitasnya perlu juga dipikir. Pernah saya cerita-cerita, mengajak teman seniman latihan dan pentas disana tapi mereka mengeluhkan aksesnya agak sulit. Entahlah kalau pemerintah (pemprov) membuka akses misalnya disana ada jalur transportasi umum dan terminal agar memudahkan untuk masyarakat.
Di BSO kan itu juga ada rumah-rumah adat yang dulu dibuat pada pemerintahan Prof Amiruddin dan itu dulu bagus, tapi sekarang kalau anda kesana mungkin geleng-geleng kepala melihat rumah-rumah adat seperti tidak terurus lagi bahkan dipersewakan oleh oknum.
"Silahkan anda jalan-jalan kesana," ajak Karsin ke awak media. Saya kira alangkah bagusnya dibenahi kembali, agar tidak sia-sia tanah pemprov. Karena sejarah BS0 kan semua orang tahu bahkan di luar negeri pun sudah mengenal tempat itu.
Tapi inikan bagian lain, mari fokus dulu ke pembangunan Gedung Baru, bisa apa tidak soal tanah BSO, saya kira tidak masalah Pemprov kok yang punya. Ada wacana pemprov merevitalisasi BSO ? Saya kira bagus kalau ada rencana itu.
Artinya Prof Nurdin Abdullah ada perhatian, selain membangun rumah-rumah adat sekalianlah bangun gedung kesenian. Membangun destinasi wisata. Satu kali kesana bisa melihat peradaban masa lalu. (habis)