"Rata-rata, mereka berfikir untuk mengeluarkan uang. Sedangkan gabah yang dihasilkan hanya cukup untuk di makan selama setahun. Jadi, ada kekekwatiran persediaan gabah akan habis, bila dijual untuk dibelikan pompa. Belum lagi menyangkut instalasi dan bahan bakar yang digunakan. Ini membuktikan kurangnya pemahaman iptek ke mereka," jelasnya.
Berdasar kondisi tersebut, kata Zainal, Tim dosen PKM UMI memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada mitra tentang alat dan bahan sederhana instalasi pengairan popanisasi, serta memberi pengetahuan bagaimana mengubah pompa berbahan bakar minyak (BBM) menjadi BBG.
"Bila ditunjau ekonomisnya, pemanfaatan gas tabung 3 (tiga) kilo gram sebagai bahan bakar pompa, jauh lebih irit dibanding BBM," tegasnya.
Ketua kelompok petani, Dg. Nai, selaku mitra kegiatan memberi apresiasi yang sangat positif. Bahkan, dia merasa puas dan terbantukan dengan adanya kegiatan PKM UMI di daerahnya.
"Dengan adanya kegiatan ini, sawah kami sudah bisa dialiri air, pasti hasil panen akan jauh lebih bagus. Kami juga menilai, pompa dengan bahan bakar gas, jauh lebih murah dibanding BBM. Teknologi ini akan kami teruskan ke warga lain untuk menghasilkan panen yang maksimal dan merata," ungkapnya. (**/dion)