Lanjutnya, bagi perusahan besar yang bukan milik pemerintah, juga harus ikut berkembang. Terlebih lagi bagi perusahan besar milik pemerintah
"Keduanya baik pemerintah maupun swasta, harus mampu menerima perkembangan yang ada. Mungkin, pihak swasta agak berbeda dengan pemerintah. Misalnya, cara berfikirnya dalam memproduksi barang dan sebagainya, pihak swasta mungkin lebih ketat. Sedang pemerintah masih tetap mempertimbangkan tenaga kerja dan sebagainya," ungkapnya.
Kemudian, kata Antariksa, tenaga terampil seperti mahasiswa sangatlah dibutuhkan. Sebab, mereka melakukan tugas tidak seperti tenaga buruh. Mesin-mesin industri yang ada, hanya menggantikan tenaga fisik saja. Sedang mahasiswa, yang di utamakan adalah intelektualnya.
"Jadi kemungkinan untuk diganti dengan mesin atau robot, masih sangat jauh dari perkiraan," paparnya.
Guru besar Universitas Brawijaya ini juga berharap, kurikulum yang ada di perguruan tinggi khususnya di UMI, harus perbaiki, demi mengikuti perkembangan umum, usaha dan sebagainya di dunia luar.
Selanjutnya, dosen-dosennya yang ada di UMI, juga harus mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0, dengan meningkatkan kemampuan khusus dibidang ilmunya masing-masing.
"Pasalnya, mahasiswa sudah mudah mengakses referensi dari luar, karena jaringan internet semakin berkembang. Tapi pada intinya, keduanya harus sejalan," ujarnya.
Diutarakan, mungkin, pihak perguruan tinggi melihat hasil lulusan, sedang kita selaku dosen, yang merupakan sarana dalam memproses mahasiswa, hasilnya baru bisa dirasaka setelah empat tahun kemudian. Bila mahasiswa itu mampu terserap dengan baik dan memberi hasil positif, berarti sistem yang dijalankan perlu terus dikembangkan. Dan bila terjadi kekurangan, maka sesegera mungkin untuk dibenahi. (zl)