Perubahan Sosial Pasca Pandemi Covid-19 : "Covid-19 Pemicu Perubahan Sosial" (Bagian Kedua)

Oleh : Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM.
Anggota DPD RI
Ketua Umum Lembaga Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKKSS)

Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi yang disebabkan SARS-CoV-2 (Virus Corona) yang popular dengan nama COVID-19. Di awal kemunculannya, virus ini mendapat beragam respons yang muncul dari masyarakat Indonesia. Awalnya pada Bulan Februari, ketika dilansir sudah masuk Indonesia, pemerintah saat itu masih memandang remeh hingga pertengahan Maret kemudian awal April, saat secara nyata sudah terdapat sejumlah korban, barulah Presiden menyatakan keadaan darurat nasional.

April – Juni, memang keadaan seakan mencekam, sebab media melansir berita yang demikian gencar, termasuk dimedia sosial. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), diberlakukan secara nasional, hingga penerbangan dihentikan baik domestic maupun internasional, kemudian dibuka secara perlahan di Bulan Juni 2020. Kondisi yang mencekam itu, menandakan sedang terjadinya proses perubahan sosial dengan menempuh langkah-langkah seperti yang disebutkan sebelumnya dalam tulisan ini, yakni unifreezing, changing bahkan diakhir Juni hingga akhir 2020, sudah masuh refressing.

Perubahan sosial individu secara fungsional terjadi dengan mulai berhati-hati dan menerapkan pola hidup sehat, tetapi banyak juga yang tidak peduli dan terkesan meremehkan, bahkan menjadi virus ini sebagai bahan candaan. Sebenarnya, orang-orang yang bersikap masa bodoh dengan kemunculan virus corona jumlahnya lebih sedikit daripada orang yang peduli dengan pencegahan virus ini. Tetapi, ketidakpedulian mereka itulah yang kemudian mempercepat penyebaran virus. Orang-orang dalam kelompok ini biasanya adalah orang-orang yang mereka dirinya kebal dan orang yang menganggap bahwa sains tidak sepenuhnya benar.

Ketidakpastian, kebingungan, dan keadaan darurat, yang diakibatkan oleh virus corona dapat menjadi penyebab sres bagi banyak orang. Ketidakpastian dalam mengetahui kapan wabah akan berakhir membuat banyak golongan masyarakat bingung memikirkan nasib mereka. Kekuatan akan kematian merupakan konflik psikologis dasar pada manusia (Knoll, 2020) dan sesuai dengan Teori Manajemen Teror, ketakutan akan kematian yang tidak pasti datangnya membuat manusia melakukan berbagai hal untuk mempertahankan kehidupannya (Greenberrg, Pyszzynski, Solomon, 1986). Adanya COVID-19 tentu membuat terror yang dirasakan semakin intens.

Untuk mengurangi kecemasan di masyarakat, sudah sepatutnya kita melakukan berbagai hal untuk meningkatkan optimism masyarakat di tengah pademi ini. Masyarakat yang masih mampu mencukupi kebutuhan hidupnya banyak yang meningkatkan kepeduliannya dengan berkontribusi untuk membantu golongan yang tidak mampu dengan cara melakukan penggalangan dana, melakukan donasi. Berbagai aksi sosial. Di bidang kreativitas, seniman dan budayawan, terus menggeliat berkarya dengan melakukan perubahan dalam konsep pertunjukkan, misalnya dengan cara virtual.

Karena adanya virus corona ini, masyarakat juga menjadi lebih peduli dan menjalankan pola hidup yang sehat. Hal-hal tersebut merupakan sebagian kecil upaya pertahanan diri yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghindari infeksi COVID-19 juga mendorong sebagian orang untuk bertindak secara salah dalam rangka bertahan hidup. Fenomena panic buying merupakan salah satu contohnya.

Pandemi COVID-19 telah mengubah berbagai aspek dalam keseharian kita. Kecemasan dan rasa tidak aman yang dialami sebagian besar dari kita harus bisa disikapi dengan rasional agar kita bisa bertahan hidup dan juga membantu orang lain bertahan. Penerapan pola hodup sehat dan mengikuti anjuran pemerintah juga harus kita lakukan sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19.

Krisi virus corona memaksa pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial, yang ditetapkan jauh lebih cepat daripada biasanya. Lebih setengah tahun setelah pandemi corona melanda dunia, makin jelas bahwa COVID-19 tidak hanya membawa situasi bencana, melainkan juga menyulut perubahan dan reformasi di berbagai sektor. Perubahan itu sebenarnya dianggap sulit dilaksanakan karena berbagai alasan.

Pandemi telah menunjukkan bahwa pertimbangan ekonomi tidak selalu bisa dijadikan prioritas utama, saatnya memperioritaskan kesehatan, berapa besar pun biaya ekonominya. Corona memberikan pelajaran kepada kita untuk menghargai dan memperhatikan kesehatan COVID-19 juga memicu upaya digitalisasi yang sejak lama kurang diprioritaskan pemerintah. Dana besar juga dicurahkan ke bidang layanan kesehatan, bantuan sosial, pendidikan, dan untuk pemulihan ekonomi nasional.

Virus corona telah mendorong paradigm bahwa perlindungan kehidupan, memiliki nilai yang sangat tinggi di mata masyarakat kita. Di sector bisnis, upaya membendung penyebaran pandemi memicu dorongan digitalisasi. Sebagian besar perusahaan lebih memanfaatkan konferensi online dan menawarkan opsi kerja dari rumah bagi karyawan, juga setelah pandemi.

Lembaga Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan (LAPAKKSS), tidak kurang 5 (lima) kali mengadakan mengadakan dialog virtual untuk menghimpun berbagai pandangan, gagasan hingga pokok-pokok pikiran yang berputar pada PERUBAHAN SOSIAL, akankah melahirkan PERADABAN BARU Indonesia Pasca Pandemi COVID-19, bahkan disalah satu pengantar saya selaku Ketua Umum Lapakkss menawarkan kemungkinan terjadinya REVOLUSI SOSIAL BUDAYA di Indonesia. Semua pakar dan praktisi yang terlibat dalam dialog virtual hingga DIALOG APRESIASI BUDAYA di TVRI Sulsel, memberikan arah akan terjadinya perubahan sosial, sehingga Luna Vidya, menegaskan dalam temu dialog akhir tahun: Membaca tanda-tanda perubahan sosial.

Sangatlah penting untuk mampu membaca tanda-tanda perubahan sosial itu, karenanya diperlukan memang suatu perumusan tentang variabel dan indikator perubahan sosial yang sedang terjadi dan akan menjadi pemicu perubahan sosial era pandemi Covid-19. Bahwa perubahan yang terjadi sekarang ini, misalnya sudah berkesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19, namun setelah gerakan vaksinasi awal-awal tahun 2021 dan mungkin pertengahannya sudah disebut sebagai era baru – new normal, maka diperlukan lagi variabel dan indikator tambahan dalam menjalani kehidupan normal baru ini. (bersambung/*rk).

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN