Ambil Konteks Lokal untuk Penerapan di Arsitektur Modern

Dicontohkan, pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit, mereka memiliki teknologi, budaya, dan politiknya sendiri. Selanjutnya terjadi pergeseran pada masa pemerintahan Hindia Belanda, karena teknologi, politik, dan budayanya semakin berkembang, maka konteks desainnya pun berbeda. Belum lagi, jika kembali ke masa awal adanya Candi Prambanan atau Candi Borobudur, maka bentuknya sesuai dengan masa itu.

"Karena itu, bentuk kondisi politik rill, dan peradabannya berjalan, akan berpengaruh. Tidak mungkin peradaban balik ke belakang lagi," ujarnya.

Ren Katili, Principal Architect at Studio Arsitektropis, di Kuliah Umum dan Archi Build Tech Expo2

Jadi untuk melesatarikan kondisi tersebut, kalau dari sisi arsitek, katanya, adalah bagaimana budaya itu bisa tetap dipertahankan. Tapi temporary rifing nya bisa berkembang.

Menyangkit kearifan lokal yang baik, Antariksa menjelaskan, bila ada datang sesuatu suatu perubahan, antara kondisi lokal dan perkembangan bisa berjalan berdampingan, tidak saling tolak menolak.

"Semuanya menyesuaikan, yang bisa digunakan, kita pakai. Karena kita juga tidak bisa menolak perkembangan arsitektur modern. Misalnya, teknologi baja, beton, dan kaca. Bila kita ingin merancang atau mendisain bandara, tidak mungkin kita akan kembali menggunakan bambu atau batu bata. Itulah yang harus difikirkan untuk konteks ke depan, mulai dari teknologi, bahan, kekuatan, ketahanan, dan sebagainya, tetap menjadi bahan pertimbangan," terangnya.

Sehingga, katanya, di dalam kearifan lokal, apa yang bisa kita ambil, apa yang bisa kita tumbuh kembangkan untuk saat ini, itulah yang dipakai.

Dan bila bicara soal kearifan lokal, pada masyarakat-masyarakat tradisional di desa, ada konsep-konsep kearifan yang tidak tertulis, tapi diikuti dan ditaati masyarakat setempat hingga sekarang. misalnya, di Bali, orang tidak boleh membangun rumah lebih tinggi dari pohon kelapa.

"Hal ituitu tidak tertulis tapi di takuti. Itu berarti baik. Jadi kalau ada yang baik berkaitan dengan kearifan lokal dia akan bertahan, demikian sebaliknya," tandasnya. (zl)

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN