Kemudian, diungkapkan, fakta tentang revolusi industri 4.0, pertama, pada tahun 2020, perusahaan industri eropa akan berinvestasi 140 miliar Euro setiap tahun dalam solusi internet industri. Kedua, untuk 5 tahun ke depan, lebih dari 80 persen perusahaan akan mendigitalkan seluruh bisnis prosesnya. dan ketiga, meningkatnya produktivitas dan efisiensi sebesar 18 persen dalam lima tahun.
"Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan, dengan segala konsekuensinya. Industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula resiko yang mungkin akan muncul, misalnya berkurangnya SDM karena digantikan oleh mesin dan robot," jelasnya.
Mengutip pendapat ahli mengenai revolusi industri 4.0, tahun 2020 hingga beberapa tahun ke depan, ada ratusan ribu orang harus mencari lapangan kerja baru karena telah digantikan oleh mesin. Selain itu, ada ribuan peluang kerja yang akan hilang. Namun dengan revolusi ini, justru memberi kesempatan bagi Indonesia untuk berinovasi. Dimana, revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital, dinilai menguntungkan bagi Indonesia.
Maka, Indonsia ke depan dalam menghadapi revolusi itu, harus terfokus pada pengembangan SDM dan sistem pemerataan yang baik di segala sektor, di dalamnya terkait pembangunan infrastruktur.
"Karena apabila kemampuan SDM rendah, akan memungkinkan untjuk meningkatkan angka pengangguran. Untuk itu, dibutuhkan perombakan kurikulum guna menghadapi perkembangan industri," tegasnya.
Maka, lanjutnya, peran mahasiswa selaku kaum intelektual yang terdidik dan terpelajar, memasuki era revolusi industri 4.0, tak cukup hanya mengandalkan Indeks Prestasi komulatif (IPK) tinggi, tapi harus memiliki kecerdasan emosional dalam menyongsong zaman digitalisasi ini.
Mahasiswa harus kembali ke jati dirinya yang mampu menjadi agent of change, agent of analisys dan agen of control. Mahasiswa tidak boleh hanya menyerap ilmu dari dosen secara mentah diperkuliahan saja. Sebab, mahasiswa dalam kiprahnya, merupakan instrumen penting dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
"Mahasiswa harus kreatif dan inovatif, serta perlu memiliki keterampilan lebih di luar kemampuan akademiknya, seperti kemampuan berkomunikasi (public speaking), berorganisasi dan sebagainya. Selain itu, harus menguasai berbagai literasi, mulai literasi data, teknologi, bahasa dan manusia," tuturnya.
Jadi, ajaklah masyarakat untuk tidak menggunakan internet hanya untuk media sosial dan game saja, melainkan sebagai sarana belajar dan bekerja. (***/zl)