SOROTMAKASSAR - POLMAN.
Kepala Desa Napo, Basri melakukan terobosan baru untuk membangkitkan kembali budaya yang ada di Desa Napo melalui Event Budaya Olahraga Tradisional atau Olahraga Rakyat yang rencananya diselenggarakan tanggal 30 Juli sampai dengan 04 Agustus 2022 bertempat di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Provinsi Sulawesi Barat.
Saat ditemui kontributor media ini, Kepala Desa (Kades) Napo, Basri mengungkapkan, kegiatan olahraga tradisional ini merupakan bentuk komitmen dirinya dalam menyusun Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa (DPKD), untuk dibawa ke dalam musyawarah penentuan hari jadi Desa Napo.
Kegiatan tersebut dalam rangka merawat kebudayaan yang ada di Desa Napo, dan ini perlu kita jaga dan pelihara, makanya kita buatkan kegiatan sederhana sebagai langkah awal menuju perayaan hari jadi Desa Napo nanti.
Kegiatan ini akan melibatkan pemuda karang taruna, untuk ikut langsung ambil bagian dalam kegiatan tersebut, dan kurang lebih 13 cabang olahraga yang akan dilaksanakan dari 10 RT yang ada di Desa Napo.
Basri mengatakan, tujuan utama pelaksanaan event ini yaitu untuk merangsang masyarakat Desa Napo menuju event besar nanti, dan kita sudah menyelesaikan musyawarahnya, kami sudah ada kesepakatan diawal Januari dan akan dihadiri beberapa saksi pada saat itu, nah kita tinggal menunggu dokumennya yang ada di perpustakaan Kabupaten Polewali Mandar serta Makassar.
Hal ini juga salah satu rangkaian acara, tim saya yang sudah membentuk DPKD (Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa) yang mana pembuatan dokumen itu adalah alat-alat tradisional yang sudah tidak dipakai di era sekarang ini, dan di Desa Napo alat-alat itu masih ada tersimpan termasuk olahraganya pun masih dimainkan oleh anak-anak, salah satunya seperti olahraga majekka (engrang, red), tarik tambang dan lain-lain.
Kegiatan ini juga merupakan bagian visi misi saya diawal sebagai calon Kepala Desa, oleh karena itu, langkah pertama yang saya lakukan waktu terpilih adalah bagaimana memajukan kebuadayaan, serta memperjuangkan agar Makam Raja yang menyambungi Todilaling atau Raja pertama di Balanipa untuk bisa diakui sebagai cagar budaya yang masih dilindungi di Kabupaten Polewali Mandar.
"Alhamdulillah, awal Januari saya perjuangkan, di bulan lima kemarin sudah keluar sertifikat dan SKnya," ujarnya.
Saya sangat memahami, di Napo ini bagian dari Appe Banua Kayyang sebagai kesepakatan awal atau persekutuan terbentuknya kerajaan Balanipa di Mandar saat itu, oleh karenanya sangat salahlah pemerintah terutama Desa Napo kalau tidak mengangkat hal tersebut.
Padahal itu aset kita, dan Napo dikenal sangat luas karena sejarahnya jangan sampai kita cuma bangga dengan masa lalu namun apa yang kita miliki sekarang apalagi ke depan tidak sesuai harapan-harapan nenek moyang kita atau nenek moyang Napo yang terkenal pada saat itu.
Basri berharap agar semua masyarakat Napo bisa terlibat dalam kegiatan tersebut, mudah mudahan dengan kegiatan ini aura-aura budaya selama ini dikenal di Napo sebagai cerminnya Mandar saat itu bisa terangkat kembali.
"Serta tidak punah seperti sekarang ini, kita khawatirkan 10 tahun sampai 20 tahun ke depan kalau tidak dijaga, dan dirawat hingga saat ini, akan hilang dialog Mandar yang sangat kental budayanya dan kental sipakamala'bi," tutup Basri selaku Kepala Desa Napo, di kediamannya, Sabtu (16/07/2022). (Hdr)