SOROTMAKASSAR - TAKALAR
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 (SMPN 3) Takalar menjadi saksi upaya pelestarian budaya lokal melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang berfokus pada pelatihan Tari Batara. Kegiatan bertajuk "PELATIHAN TARI BATARA BAGI SISWA DI SMP NEGERI 3 KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN" ini dilaksanakan selama dua hari penuh, tanggal 14 hingga 15 Mei 2025.
Dipimpin oleh Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum, kegiatan PKM ini bertujuan utama untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran budaya lokal siswa terhadap Tari Batara. Tari kreasi Makassar ciptaan Munasiah Daeng Jinne ini diketahui mulai jarang ditampilkan dan tergeser dari kurikulum sekolah karena dominasi tarian modern yang populer di media sosial.
Misi Menghidupkan Simbol Budaya Makassar
Pelatihan ini hadir sebagai respons atas permasalahan utama yang dihadapi oleh pihak sekolah dan siswa, yaitu:
1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap simbol-simbol budaya Makassar, khususnya yang terkandung dalam Tari Batara.
2. Minimnya sumber daya pengajar tari tradisional.
3. Terbatasnya ruang promosi dan pengembangan karya seni lokal.
Menurut Dr. Nurlina Syahrir, menghidupkan kembali Tari Batara dalam konteks pendidikan seni adalah langkah krusial. "Pelatihan ini penting untuk menghidupkan kembali simbol-simbol budaya, gerak tradisional, dan nilai estetika tari Makassar dalam jiwa para generasi muda," ujar beliau.
Solusi Komprehensif dan Berkelanjutan
Solusi yang ditawarkan melalui kegiatan PKM ini dirancang secara komprehensif, meliputi:
1. Pelatihan Praktik Intensif oleh instruktur ahli tari tradisional.
2. Pembuatan Video Tutorial Tari Batara sebagai sumber belajar digital yang dapat diakses kapan saja.
3. Rencana Keberlanjutan melalui integrasi Tari Batara ke dalam kurikulum dan pembentukan komunitas seni sekolah.
Seluruh kegiatan ini dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang, yaitu meningkatkan kapasitas guru dan siswa dalam bidang seni budaya lokal secara berkelanjutan. Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan Tari Batara dapat kembali menempati posisinya sebagai warisan budaya yang dicintai dan dilestarikan oleh siswa-siswi SMPN 3 Takalar.
Harapan ke Depan
Kepala Sekolah SMPN 3 Takalar menyambut baik program ini dan berharap agar semangat pelestarian budaya ini tidak berhenti di pelatihan saja, namun terus berkembang menjadi ciri khas sekolah dalam pendidikan seni. Upaya Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum, melalui PKM ini telah menanamkan benih kesadaran akan pentingnya identitas budaya di tengah gempuran tren global. (Rachim Kallo)
