Rusdin Tompo, Keraguan yang Berbuah Kepercayaan di Pameran "Menerjemah Ruang"

SOROTMAKASSAR - MAKASSAR

Pada saat pembukaan Pameran Seni Rupa "Menerjemah Ruang" Karya Amir Hafid Rimba, dihadiri Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof. Karta Jayadi, Rimba memperkenalkan Rusdin Tompo sebagai kurator pameran lukisannya. Dalam istilahnya, dia bukan meminta kesediaan tapi "memaksa". Mendengar ungkapan dengan nada canda tersebut, beberapa orang terlihat tersenyum, termasuk orang yang disebut namanya.

Peran kurator itu, antara lain, mengkritisi dan menyeleksi karya-karya yang ditampilkan. Kurator juga membuat catatan kuratorial sebagai informasi sekaligus untuk mengedukasi penikmat karya-karya seorang perupa.

Rusdin Tompo menyampaikan, kisah dirinya bisa sampai pada posisi sekarang, sebagai kurator, bukan ujug-ujug. Dia mengaku sejak Sekolah Dasar senang melukis. Minatnya pada seni rupa masih tumbuh hingga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas). Namun ada satu sebab, yang kemudian membuat dia berhenti melukis di tahun 1988.

Disampaikan, dia sempat ragu ketika ditawarkan menjadi kurator. Namun karena sudah disampaikan oleh Rimba secara terbuka di depan para perupa MAIM, saat pameran lukisan Faisal Syarif di Artmosphere Studio, maka amanah itu pun dijalani.

"Saya memang sering ke pameran seni rupa teman-teman MAIM untuk membuat reportase kegiatan mereka," terang Rusdin Tompo, yang juga dikenal sebagai pegiat Sekolah Ramah Anak.

Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Selatan itu, menyebut bahwa ia tetap seorang penulis. Kalaupun dia menaruh minat untuk menulis kegiatan seni rupa, itu bagian dari kegiatan literasi dan ekosistem seni rupa.

Rusdin Tompo dan AH Rimba sebelumnya pernah berkolaborasi dalam kegiatan yang memadukan seni rupa, sastra dan musik, lewat gelaran "Ngopi Itu Hak Asasi" dan "Ibu, Potret dan Puisi". Keduanya juga jadi bagian dari kegiatan "Ini Bukan Festival" (IBF) yang merupakan pertunjukan lintas seniman.

Dari segi karya, Rusdin Tompo melihat lukisan-lukisan Rimba menunjukkan sosok dirinya yang berinteraksi dengan banyak kalangan. Rimba menerjemahkan ruang sosial dan ruang kulturalnya lewat ekspresi lukisan-lukisannya.

Pameran bertema "Menerjemah Ruang" dengan sub tema "Budaya Kita Adalah Kita" memperlihatkan perjalanan proses kreatif Rimba sebagai perupa. Selain lebih 20an karya ukuran besar, pengunjung juga bisa melihat lukisan dan drawing dalam ukuran kecil yang dibuat di atas kertas menggunakan pensil.

"Rimba mengalami semacam transformasi dalam berkarya. Dia tak lagi sekadar mengejar keindahan bentuk dan presisi. Dia menikmati melukis sebagai aktivitas spiritual," kata Rusdin Tompo, sambil menunjuk dua contoh lukisan dimaksud, yakni "Menuju Cahaya" dan "Pertarungan Malam".

Pamaeran “Menerjemah Ruang” Karya AH Rimba merupakan penerima Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX. Pameran seni rupa di Etika Studio, akan berlangsung dari 28 hingga Jumat, 30 Agustus 2024. (*RT/RK)

Politik

Pendidikan

Opini

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN