COVER STORY | EDISI REUNI EMAS FK-FKG UNHAS 1975
oleh dr. Alwi A. Mappiasse
Sore itu, di grup WhatsApp angkatan 1975, suasananya berbeda. Bukan hanya stiker lucu atau cerita tentang cucu yang bikin senyum-senyum sendiri. Tapi ada kalimat-kalimat yang mengalir dari hati, tentang rindu yang tak tertahankan. Tentang ingin bertemu, ingin saling menatap lagi meski mata sudah tak lagi muda, dan ingin saling genggam tangan meski kini sudah keriput dan bergetar. Dari obrolan sederhana itu, tumbuhlah sebuah niat besar:
Reuni Emas Angkatan 1975 Fakultas Kedokteran & Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin akan jadi kenyataan.
Kita Pernah Muda, Kita Pernah Bersama
Tahun 1975, mereka anak-anak muda dengan rambut gondrong dan sandal jepit, duduk berdesakan di kelas Baraya. Saat itu, mereka bukan siapa-siapa, cuma mahasiswa yang sedang berjuang keras meraih gelar dokter. Tapi di sana, persahabatan mulai tumbuh. Ikatan yang kemudian bertahan lima puluh tahun lebih.
Sekarang, lima dekade kemudian, mereka sudah jadi dokter, guru besar, praktisi, dan tokoh masyarakat. Ada Puang Prof. Andi Idrus Paturusi, yang akan mengajak bernostalgia di atas gladak Kapal Phinisi tanggal 29 Mei 2025 nanti, bersama Kanda Prof. Aca Thaha dan Kanda dr. Basir Palu, spesialis anak yang selalu hangat dan perhatian.
Di balik layar, ada sosok yang tak kalah penting: dr. Andi Farida Mattalatta, ketua angkatan yang tak henti menjaga semangat dan kebersamaan. Ada juga dr. Caroline, spesialis kulit dan kecantikan, ketua panitia yang gigih mengatur segalanya dengan cermat dan penuh semangat.
Dan tentu saja, dr. Yayuk Edi Mulyono, yang bisa dibilang ‘segala-galanya’ dari urusan dana hingga logistik, semua dilakukannya tanpa lelah demi membuat reuni ini benar-benar berkesan.
Bukan Sekadar Acara, Tapi Perjalanan Hati
Reuni ini bukan cuma kumpul-kumpul biasa. Pelayaran dengan Kapal Phinisi adalah simbol perjalanan hidup mereka—gelombang laut membawa kenangan, angin membawa pesan yang tak terucap.
Mereka akan kembali ke kampus Baraya, tempat awal mula semuanya. Menatap bangku-bangku tua, tersenyum atau mungkin menitikkan air mata karena kenangan yang begitu dalam. Lalu melangkah ke kampus Tamalanrea, melihat Unhas tumbuh dan berkembang, seperti mereka yang telah matang dan terus memberi inspirasi.
Malam di Malino yang sejuk akan jadi momen penuh tawa, lagu-lagu lama, dan pelukan hangat yang mengingatkan mereka: “Aku bersyukur pernah berjalan bersamamu.”
Reuni yang Menghidupkan Arti
Tapi reuni ini bukan hanya soal masa lalu. Ini soal masa kini dan masa depan. Ada sesi “Dari Kita untuk Kita,” di mana para alumni berbagi kisah kontribusi dan semangat memberi kembali bukan karena mampu, tapi karena peduli.
Karena pada akhirnya, yang membuat Angkatan 1975 spesial bukan cuma kesuksesan, tapi kemanusiaannya: saling mengingat, mendoakan, dan selalu hadir untuk satu sama lain