Rektor Unhas Jadi Kaki Tangan  Gubernur Sulsel


SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Mulawarman, wartawan senior yang Kamis kemarin memantau langsung pergerakan Anggota DPRD Sulsel yang sedang melakukan persiapan pelaksanaan rapat paripurna pembahasan pelaksanan hak angket untuk Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, lagi-lagi angkat suara menyorot peran Rektor Unhas Prof. Dr. Dwia A. Tina Pulubuhu.


Kepada sejumlah awak media di ruang wartawan di gedung DPRD Sulsel, Mulawarman mengungkapkan, kalau Kamis pekan lalu, Rektor Unhas Prof Dwia A. Tina Pulubuhu mengumpulkan seluruh dosen Ilmu Politik dan Sosial Unhas. 

Kepada mereka, cerita Mulawarman, Prof Dwia meminta langsung para ilmuwan politik dan sosial Unhas itu, segera membentengi Nurdin Abdullah Gubernur Sulsel dari serangan dan upaya pemakzulan yang sedang dikerjakan oleh DPRD Sulsel.

Rektor Unhas, lanjut Mulawarman,  mempergunakan pula pengaruhnya untuk membela dan melindungi Nurdin Abdullah dari serangan Panitia Hak Angket DPRD Sulsel, dengan mengontak beberapa Anggota DPRD Sulsel, untuk tidak mendukung penggunaan Hak Angket DPRD Sulsel.

“Barusan ada Anggota DPRD yang mengaku telah ditelpon Ibu Dwia, diminta untuk tidak setuju dengan pelaksanaan Hak Angket ini,” beber Mulawarman seraya menolak menyebutkan nama sang legislator itu.

Mulawarman kemudian menyesalkan langkah Rektor Unhas itu. Menurutnya, Rektor Unhas ini telah berpolitik praktis. Tetapi politiknya, politik kelas rendahan, karena hanya menjadi kaki tangan untuk mencari pelindung dan pembela aktor atau elit politik penguasa Nurdin Abdullah.

“Bukan kelas seorang Professor apalagi seorang Rektor Unhas, jadi kaki tangan aktor politik penguasa,” ujar Mulawarman seraya mengaku kaget ketika menerima informasi itu dari teman-temannya di Unhas dan dari beberapa Anggota DPRD Sulsel tentang langkah politik praktis ibu Dwia itu.

Menurutnya, sebagai Rektor Unhas itu, Prof Dwia seharusnya memanggil seluruh staf ahli Gubernur Sulsel yang mayoritas staf pengajar dari Unhas. Kemudian, meminta para staf ahli, menceritakan apa yang sesungguhnya yang terjadi pada kepemimpinan Nurdin Abdullah, lalu temukan masalahnya.

Setelah menemukan masalahnya, barulah Prof Dwia mengumpulkan  ilmuwan politik dan sosial Unhas untuk mendiskusikan dan mengkajinya. 

“Kalau perlu undang juga psikiater. Karena sepertinya Nurdin Abdullah punya masalah psikis sehingga tega mempermalukan bawahannya,” tambah Mulawarman sembari tersenyum.

Agar Ibu Dwia, lanjut Mulawarman, bisa menunjukkan kelasnya sebagai guru besar dan Rektor. Hasil kajian ilmuwan Unhas itulah yang kemudian diberikannya kepada Gubernur dan DPRD, untuk dikomunikasikan oleh keduanya dalam menyelesaikan masalah. 

Dengan cara seperti itu, Unhas yang dipimpin oleh Prof Dwia, baru bisa dikatakan memiliki peran dalam pembangunan Sulsel. Dan itu, sambung Mulawarman lagi, salah satu bentuk peran strategis. Dan Rektor bisa diacungi jempol, bukan disebut kaki tangan Gubernur.

“Dan kalau Prof Dwia sadar atau Unhas sadar akan posisi sosial strategis mereka sebagai Think-than Pemprov Sulsel. Prof Dwia tidak membiarkan Gubenur mencomot dosen Unhas sebagai staf ahlinya. Tetapi staf ahli harus atas dasar rekomendasi Unhas yang tahu staf ahli yang mana dibutuhkan seorang Gubernur Sulsel,” tuturnya.

Mulawarman bahkan memuji para Rektor Unhas sebelumnya yang memberikan dosen Unhas untuk menjadi Staf Ahli Gubernur sesuai yang dibutuhkan Sulsel, bukan sesuai dibutuhkan pribadi Gubernur. 

“Banyak negara bisa menjadi negara maju, karena menjadikan universitasnya sebagai pusat pemikirannya. Seperti Amerika, Jepang, Korsel dan Tiongkok,“ tegas Mulawarman menutup 'ceramah' singkatnya di depan yunior-yuniornya di ruang wartawan DPRD Sulsel. (smc)

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN