SOROTMAKASSAR - MAROS.
Truk itu tampak biasa dari kejauhan, tapi seorang pemuda bernama Abhel melihatnya berbeda. Badannya tambun, catnya kusam, tapi bagian tangki tampak mencurigakan. Di pagi Selasa, 10 Juni 2025, saat sebagian warga baru memulai rutinitas, sekelompok aktivis lokal dari Kabupaten Maros justru tengah membongkar satu skema penyelewengan yang selama ini berjalan senyap, yaitu penyelundupan solar bersubsidi.
Mereka menangkap basah seorang pelansir yang sedang mengisi solar subsidi ke dalam tandon raksasa tersembunyi di dalam truk modifikasi.
Bukan kendaraan plat kuning, bukan pula untuk keperluan logistik. Truk itu disulap diam-diam agar mampu menampung hingga 3 ton bahan bakar sekali isap.
"Ini bukan baru terjadi kemarin. Sudah lama, dan mereka tidak pernah kehabisan akal," kata Abhel, tokoh pemuda lokal yang juga dikenal sebagai “Songkok Putihna Maros”, kepada awak media, Sabtu, 14 Juni 2025.
Abhel bukan sekadar marah. Ia bersama tim dari media independen yang ia kelola telah mengamati aktivitas mencurigakan di beberapa SPBU sejak awal tahun.
Mereka menemukan pola yang nyaris seragam, yaitu kendaraan tak resmi, dengan tangki ganda, rutin mengisi solar dalam jumlah besar, lalu menghilang menuju gudang tersembunyi. Di sanalah bahan bakar itu dikemas ulang untuk dijual ke sektor industri dengan harga non-subsidi.
"Solar subsidi itu mestinya untuk petani dan nelayan. Tapi yang dapat justru para juragan tangki," ujar Abhel.
Modus ini, menurut dia, bukan dilakukan perseorangan. Indikasi adanya jaringan terorganisasi cukup kuat.
“Kalau ini cuma satu-dua orang, tak mungkin bisa lolos terus di SPBU yang sama. Ada yang membiarkan, atau malah terlibat,” katanya.
Abhel melanjutkan, desakan publik pun menguat. Warga meminta Kepolisian Resor Maros segera bertindak, tak hanya menertibkan pelaku lapangan, tapi juga menelusuri alur permainan hingga ke hulu, siapa yang mengizinkan, siapa yang melindungi.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Kalau aparat diam, kami yang akan terus awasi. Kami punya dokumentasi, dan kami akan buka semua jika perlu," ancam Abhel.
Dalam pemantauan mereka, sejumlah SPBU terindikasi ‘bermain mata’. Operator membiarkan pengisian dalam jumlah besar tanpa surat resmi, bahkan ada yang beroperasi di luar jam normal.
Tim Abhel telah mengantongi bukti visual berupa foto dan video yang memperlihatkan truk-truk pelansir berjejer rapi, nyaris tanpa hambatan.
Di balik suara lembut solar yang mengalir dari nozzle, ada keuntungan ratusan juta yang mengalir ke kantong mafia. Sementara petani di Bontoa atau nelayan di Lau-Lau kerap pulang dengan jeriken kosong karena stok habis.
“Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi perampasan hak rakyat kecil,” ujar Abhel. “Mereka maling subsidi, tapi bisa tidur nyenyak karena tahu tak ada yang mengganggu.”
Hingga berita ini diturunkan, Polres Maros belum memberikan tanggapan resmi atas temuan warga tersebut. Namun tekanan dari masyarakat makin keras. Jika aparat tak bergerak, warga mengancam akan melakukan patroli sendiri di SPBU demi memastikan tak ada lagi tangki-tangki siluman yang mengisap solar rakyat.
"Di Maros, mafia solar memang tak bersembunyi. Mereka hanya terbiasa tidak diganggu," Abhel menandaskan. (Hdr)