Petani Panciro Gowa Gunakan Sistem Penanaman Padi Tabur Benih Langsung

Laporan : Murdiati, SP
Penyuluh Pertanian di Desa Panciro Gowa.

SOROTMAKASSAR -- Gowa

Kelompok tani di Desa Panciro Gowa memasuki musim tanam III tahun 2021, didampingi Penyuluh Pertanian di Desa Panciro, menerapkan teknologi dan inovasi baru dalam sistem tanam yakni TABELA (Tabur Benih Langsung). Sistem tanam ini diharap mampu meningkatkan produktifitas padi menjadi 8-10 ton/Ha.

Kepada media, Penyuluh Pertanian di Desa Panciro, Murdiati, SP, Sabtu (28/8/2021) menyampaikan, TABELA merupakan sistem penanaman padi tanpa melalui persemaian dan pemindahan bibit. Selain itu, merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan Intensifikasi pertanian berkelanjutan dalam menutupi kelemahan usaha budidaya padi secara konvensional.

Sebagian petani meragukan sistem TABELA. Karena, terkendala masalah gulma, hama tikus, burung pipit, dan keong. namun semua itu kita bisa jawab dan memberikan solusi yang tepat untuk pemecahan masalah.

Kelebihan dan keuntungan sistem ini mengurangi biaya produksi menggunakan sistem ini kebutuhan tenaga kerja penanam menjadi lebih hemat.

Pada lahan seluas 1 hektar cukup membutuhkan 5 orang tenaga kerja dengan rata-rata waktu pengerjaan kurang lebih 4 jam, ungkapnya.

Sistem persemaian, luas lahan 1 hektare membutuhkan 20 orang pada proses pindah tanam dengan waktu sama. Metode TABELA bisa memangkas biaya produksi 70 persen lebih rendah.

"Menanam padi dengan sistem ini memastikan jarak tanam lebih tepat dan teratur, sehingga produksi yang diperoleh petani lebih banyak 10 persen   bila dibandingkan dengan sistem persemaian," katanya.

Terpenuhinya jarak tanam padi ideal, maka proses fotosintesis akan berjalan lancar sehingga kompetisi antar tanaman padi menjadi berkurang. Efeknya tanaman padi akan tumbuh dengan maksimal.

"Sistem ini mempermudah proses pertumbuhan tanaman padi. Terhindar dari transpalai yang berlebihan.
Kelebihan kedua dari sistem ini, dapat menyebabkan tanaman padi terhindar dari proses transpirasi yang berlebihan, yang mana proses transpalasi yang berlebihan akan menimbulkankan kelayuan saat kekurangan air, tambahnya.

Sistem tanam padi dengan metode tabela akan menghindarkan tanaman padi dari stagnasi, Jika menggunakan metode persemaian, setelah proses tanaman padi pindah tanam, tanaman padi paling sedikit membutuhkan waktu 10 hari masa stagnasi.Terhindar dari penggabungan akar.

Tanaman padi akan terhindar dari proses penggabungan akar yang biasa terjadi saat pencabutan pada proses pindah tanam, sehingga banyak akar yang rusak dan putus.

Kelemahan sistem ini hanya cocok di musim kemarau. Sistem ini hanya dapat digunakan pada saat musim kemarau. Bila digunakan pada saat musim penghujan, benih yang telah dimasukkan ke dalam lubang akan keluar dan tersebar kemana-mana menyebabkan jarak tanam menjadi tidak teratur.

Kekurangan lainnya lebih rentan terkena hama dan gulma. Sistem TABELA, padi yang baru berkecambah akan menarik hama untuk datang diantaranya burung emprit dan keong.

Selain kedua hama tadi kehadiran gulma pada sistem ini juga cukup mengganggu. Karena air dimasukkan lebih awal pada saat akan membuat lubang, dapat menyebabkan biji-biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih awal.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi/ menyisiati kekurangan sistem ini, pada musim rendengan/hujan, caranya setelah di Tabela langsung dimasukkan air agar supaya benih tetap pada posisi tidak kemana sesuai jarak tanam, kemudian menghindari serangan tikus dan burung pipit.

Hama keong mas diadakan penyemprotan dengan bahan aktif fentin asetat (moluskisida bentan/besnoid). Keong mas itu aman dari merusak padi.

Mengendalikan gulma lansung adakan penyemprotan bersamaan dgn pelaksanaan TABELA, yaitu penyemprotan herbisida pembeku biji. (*)