Unik, Bandara Buntu Kunik

SOROTMAKASSAR -- Tana Toraja

Pembangunan bandara Buntu Kunik yang berada di Kecamatan Mengkendek Tana Toraja merupakan bandara kedua setelah Bandara Pongtiku yang juga berada di Tana Toraja.



Bandara Buntu Kunik dibangun untuk menggantikan Bandara Pongtiku di Rantetayo yang tidak memungkinkan untuk dikembangkan.

Bandara ini tergolong unik yang lokasinya berada di daerah pebukitan. Pembangunannya memangkas tiga gunung dan diratakan untuk landasan pacu dan bangunan terminal bandara.

Siapa pun berkunjung ke Bandara Buntu Kunik pasti takjub dengan keindahan dan pemandangan pebukitan di sekitar bandara. Berciri khas Toraja, terdapat tongkonan tepat di depan bandara. Ornamen bandara sebagian bercorak batik dengan nuansa warna coklat dan putih.

Saat dihubungi beberapa waktu lalu di ruang kerjanya, Kepala Bandara Buntu Kunik, Rasidin mengatakan, bandara ini terbentang sepanjang 2.000 meter dan lebar 30 meter dan bisa didarati pesawat berbadan sedang sejenis Citylink dan wings Air (ATR).

Menurut mantan Kepala Bandara Ampana dan Masamba ini, pembangunan bandara ini mendapatkan subsidi dari Pemerintah Propinsi Sulsel, misalnya tahun 2020 lalu menggelontorkan sebesar Rp 6 miliar.

"Destinasi wisata yang ada di Tana Toraja dan Toraja Utara membutuhkan bandara udara yang baik untuk mempersingkat perjalanan ke Toraja," ujarnya.

Rasidin kemudian menyebutkan destinasi wisata di Tana Toraja seperti Negeri di Atas Aawan di Lolai, Buntu Burake, Ke'te Kesu, Rambu Solok, dan Londa. Kehadiran bandara ini semakin memberi kekuatan baru bagi daerah ini menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara.

Bandara Buntu Kunik dibangun sejak Tahun 2011 dan sempat tersendat karena alasan teknis. Kemudian pada tahun 2018 pembangunan tahap I dilanjutkan oleh pemerintah pusat hingga akhirnya rampung pada pertengahan tahun 2020.

"Pesawat milik maskapai Wings Air menjadi pesawat komersial pertama yang mendarat di Bandara Buntu Kunik pada 20 Agustus 2020," kata Rasidin.

Pendaratan pesawat jenis ATR/72-600 itu dilakukan usai uji coba lintasan dengan pesawat jenis kalibrasi Hawker 900 XP milik Kementerian Perhubungan pada pekan sebelumnya.

Bandara ini dibangun diatas tanah seluas 141 hektar dengan panjang landas pacu pada tahap awal sepanjang 1.600 meter yang bisa didarati pesawat jenis ATR, kemudian apron seluas 94,5 x 67 meter dan taxiway 124,5 x 15 meter. Sedangkan luas bangunan terminal sekitar 1000 meter persegi yang mampun menampung 150 penumpang.

Rasidin menyebutkan, pembangunan pada tahap selanjutnya untuk perpanjangan runway hingga 2.000 meter.

Dengan hadirnya bandara baru ini, katanya,  akan meningkatkan kunjungan wisata ke Toraja. Tidak lagi melalui darat dengan waktu tempuh 9 jam, tetapi cukup sekitar 40 menit saja.

"Makanya, kita targetkan bisa didarati pesawat berkapasitas besar seperti Boeing 737," tandasnya. (ril)