SOROTMAKASSAR -- Palu.
Puluhan korban bencana alam gempa bumi dan tsunami yang menerjang wilayah Provinsi Sulawesi Tengah beberapa bulan lalu dan kini ditampung di Shelter Pengungsian Kapsul Kabonena dan Lapangan Mister Tipo, Kota Palu, mengalami keracunan makanan akibat menyantap nasi bungkus yang dibagikan tim relawan yang belum diketahui identitasnya, Sabtu (19/01/2019).
Keterangan yang dihimpun media ini dari sebuah sumber di Kota Palu pada Minggu (20/01/2019) menyebutkan, sedikitnya ada 36 orang pengungsi anak-anak dan dewasa di Shelter Pengungsian Kapsul Kabonena dan Lapangan Mister Tipo, Kota Palu yang kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura dan juga di Rumah Sakit Alkhairaat.
Ketua Pansus Pengawasan Bencana Sulteng, Yahdi Basma menilai, dengan adanya fakta keracunan makanan yang menimpa puluhan korban bencana di 2 (dua) tempat pengungsian Kota Palu itu, setidaknya membuktikan lemahnya koordinasi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah maupun Pemerintah Kota Palu terkait penanggulangan bencana di Pasigala.
Menurut Yahdi Basma yang juga anggota Komisi I DPRD Sulteng, sebanyak 36 korban bencana yang keracunan makanan ini, ibarat sudah jatuh, kini tertimpa tangga pula. Dan peristiwa yang terjadi di Kelurahan Kabonena dan Tipo, Kota Palu juga telah mengkonfirmasikan tentang buruknya penanganan pengungsi sebagai bagian penting dalam penanggulangan bencana.
Yahdi mengungkapkan lagi, dalam Perda Sulteng No.3/2013 tentang Penyelenggaraan Bencana, di Pasal 76 ayat 7, jelas disebutkan bahwa Pemda memfasilitasi masyarakat yang berempati dalam menangani pengungsi atau korban bencana. Karenanya, pihaknya akan meminta apakah Pemda punya listing data mengenai siapa dan lembaga mana saja yang konsern memberi dukungan kebutuhan hidup bagi korban di shelter-shelter pengungsian selama ini.
"Dari mana lembaga atau organisasi itu, dan bagaimana track record-nya dan lain-lainnya. Jika data pun tidak ada, ya memang misskoordinasi pastinya. Apalagi saya mendengar bahwa mobil yang digunakan untuk mengantar makanan tersebut bernomor polisi plat merah," tegas Yahdi.
Anggota Komisi I DPRD Sulteng ini menambahkan lagi, dirinya telah menghubungi Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUD Anutapura, dr Herry Mulyadi dan dijanjikan diberikan hasil pemeriksaan laboratorium atas bukti-bukti sisa makanan untuk mengetahui jelas jenis keracunan bagaimana yang terkandung di makanan yang terdiri dari nasi, lauk ikan dan mie laksa.
Salah seorang pengungsi asal Kelurahan Tipo mengatakan, sebelum menyantap nasi bungkus itu, dirinya sedang menjalani pemeriksaan kesehatan rutin oleh tim dokter. Ia mengaku memperoleh 2 bungkus nasi dan makan bersama cucunya. Sehabis makan dirinya pergi mandi dan saat itulah ia merasa pusing, mual-mual dan muntah beberapa kali. Begitu pula dengan cucunya, Viola, langsung muntah-muntah usai menyantap nasi bungkus yang terdiri dari nasi putih, ikan suir dan laksa.
Peristiwa keracunan makanan yang menimpa puluhan korban bencana ini mendapat tanggapan dari Ketua Forum Warga Korban Likuifaksi Petobo yang menyatakan jika pihaknya akan mengusut tuntas masalah tersebut. "Ini harus diusut tuntas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada relawan yang berempati. Tapi berikutnya jika hendak memberi bantuan sebaiknya bahan makanan mentah, misalnya beras, telur dan lainnya yang memenuhi standar gizi. Dan kepada Balai POM juga harus bekerja day to day," tandasnya. (dewi/jw)