Asmadina Unismuh Makassar Ikut Rakornas di Uhamka Jakarta

SOROTMAKASSAR -- Jakarta.

Pengurus Asrama K.H. Djamaluddin Amin (Asmadina) Unismuh Makassar mengutus Dr. Muh. Ali Bakri, M.Pd, mewakili Asmadina mengikuti Rakornas dan Pelatihan Musyrif dan Musyrifah Asrama pada 18-2I Agustus 2019 di Uhamka Jakarta.

Menurut Ali Bakri, kepada media Senin (19/08/2019), rakornas diselenggrakan oleh Asosiasi Asrama PTMA (Aslama) se-Indonesia.

Acara ini dibuka Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. H. Lincolin Arsyad, Ph.d.

Dalam sambutannya beliau mengungkapkan, keberadaan asrama di PTM merupakan center of excellent atau menjadi pusat keunggulan, kaderisasi dan dakwah yang memiliki potensi dan manfaat yang luar biasa dalam menghasilkan kader persyarikatan yang mumpuni.

Asrama memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam mengembangkan keilmuan, kesenian, olah raga serta keterampilan berbahasa Arab dan Inggeris bagi mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di asrama.

Oleh sebab itu melalui Rakornas ini, menurut beliau, peran musyrif dan musyrifah asrama menjadi sangat strategis untuk mampu menghasilkan kompetensi lulusan asrama yaitu kompetensi kepemimpinan, keilmuan, keimanan dan ketakwaan, kebahasaan, dan akhlak yang baik.

Lebih lanjut Ketua Majelis Dikti mengimbau kepada seluruh Rektor PTMA, memahami pentingnya peran asrama sebagai media dakwah dan pengkaderan di lingkungan kampus dan harus memperhatikan tata kelola asrama yang profesional, unggul dan berkemajuan.

Menurut Ketua Aslama, Ustadz Rahmat, jumlah PTMA yang telah memiliki asrama mencapai 38 dari 166 PTMA di seluruh Indonesia.

Data terakhir menunjukkan bahwa kapasitas asrama PTMA tidak kurang dari 8.000 tempat tidur. Jumlah yang besar dan signifikan dalam kaderisasi dakwah Muhammadiyah.

Dia mengharapkan melalui Rakornas ini muncul satu tahapan konstruktif-aplikatif signifikan guna menguatkan kesepahaman nasional antar pengelola Asrama PTMA.

Konteks yang lebih yuridis adalah muncul komitmen nasional dari pimpinan PTMA terkait kebijakan dan arah asrama sebagai pusat kaderisasi.

Pelatihan musyrif/musyrifah diharapkan lahir pembina dan pembimbing dalam pembinaan mahasiswa di asrama.

Sebagaimana diketahui musyrif/musyrifah adalah bagian terdepan dan sekaligus ujung tombak bagi kesuksesan sebuah program pembinaan mahasiswa.

Mereka adalah pihak yang paling dekat dengan mahasiswa, melakukan pendampingan pembelajaran, pengembangan hubungan, pembiasaan dan lainnya.

Dalam kapasitasnya sebagai pendamping teman sebaya, pembina dan pembimbing dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan
pendampingan yang dimulai dari kompetensi personal individual, baru kemudian sosial. (ma'ruf/yahya)