Dua Pelaut Asal Toraja Terkatung-katung di Filipina, Tiga Bulan Gaji Belum di Bayarkan

SOROTMAKASSAR - Toraja Utara

Dua warga Toraja bekerja sebagai pelaut WNI, terkatung-katung di Pelabuhan Tacabo, Filipina. Keduanya adalah Simon Sali, Chief Engineer (CE), dan Simon Mile Second Engineer (2/E). Mereka bekerja di kapal milik Taiwan bernama MV. SKY FORTUNE, kapal berbendera Panama. Kapal tersebut diawaki 17 orang pelaut, dan 6 diantaranya Warga Negara Indonesia (WNI). 

 

Seluruh awak kapal dilaporkan belum terima 3 bulan gaji. Kabar mengenai dua pelaut asal Toraja dirundung masalah ini, diketahui dari laporan Sili Suli, tokoh muda Toraja asal Denpina, dan dilaporkan kepada Ketua Umum dan Pengurus PMTI (Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia), lewat Group Pengurus Pusat PMTI, Jumat (18/3), pukul 17.30 WITA.

Laporan Suli ini didasarkan atas keterangan informasi lewat telepon, langsung dari pelaut Simon Mile. Simon, kata Suli, mengaku, ia bersama rekannya sudah 3 bulan belum dibayarkan gajinya dari perusahaan yang berbasis di Taiwan tempatnya bekerja. Sebelum kapal yang ditempati bekerja sandar di Pelabuhan Tabaco, katanya, kapal sempat menyerempet karang di perairan Tabaco sehingga muatan berupa beras dari Burma banyak yang rusak. 

Menurutnya, kapal tersebut sudah sandar di Pelabuhan Tabaco dan bagian kapal yang rusak bocor sudah diperbaiki. Setelah kejadian ini para ABK asal Indonesia, bermaksud turun kapal dan ingin kembali ke Indonesia jika gaji mereka yang 3 bulan sudah dibayarkan. Masalah ini, kata Suli, juga telah dilaporkan kepada pihak KBRI di Filipina tetapi belum ada respon. 

Simon Mile dan Simon Sali saat ini masih berada di atas kapal dan berharap pihak KBRI bisa membantu nasib mereka mendapatkan haknya gaji 3 bulan dan biaya pulang ke tanah air. "Berhubung saya tidak paham soal ini, mungkin Pengurus PMTI yang lebih berkompeten soal ini bisa berkomunikasi dengan Simon Mile melalui WA 0813559462900 untuk memberikan solusi. Bagaimanapun juga kedua ABK tersebut adalah WNI asal Toraja yang sedang terkatung-katung di luar negeri dan membutuhkan bantuan," ucap tokoh muda asal Denpina Toraja Utara.

Saat di konfirmasi Jumat Malam, pukul 22.00, lewat WA, Simon Mile membenarkan kejadian itu. "Tgl 5 Maret sampai sekarang masih sandar karena muatannya masih ada yang rusak sekitar 1000 ton lebih beras. Kemudian, Tgl 19 Januari kembali berlabuh di luar," tuturnya.

Tak puas mengadu hanya lewat medsos, ia balik menelepon, sambil tetap melancarkan pesan WA. "Kami sudah tiga bulan tidak terima gaji pak, kasihan istri anak menunggu di kampung," ungkapnya dibalik handphone. 

Simon dan rekannya, minta agar dibantu dalam penyelesaian masalah mereka. "Bantu kami pak, minta gaji di bayarkan dan di pulangkan, kapal ini tidak kondusif lagi pak. Klau bisa kami 5 orang saja di pulangkan, tdk usah itu capten karena masih ada urusan dgn kapal karena dia kasih kandas kapal kemarin," pinta Simon Mile dalam pesan WA-nya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, saat dihubungi lewat WA belum dapat menjawab. Sementara Pihak keluarga kedua pelaut Toraja ini, meminta, Kedutaan Besar RI di Manila, Filipina, agar proaktif dapat membantu mereka. "Mungkin lewat Kemenlu RI, dalam hal ini ibu Retno selaku Menlu, dapat menghubungi Kedubes RI di sana agar semuanya bisa maksimal membantu WNI seperti pelaut ini dengan mengerahkan staf atau konsulat mereka. Memang sih Duta besar Indonesia baru bertugas, Pak Agus Widjojo, mantan Gubernur Lemhanas," ujar Tommy Tiranda, Koordinator Departemen Informatika PP PMTI yang terus memantau masalah pelaut asal Toraja ini. (man*)