Gubernur Jadi Narasumber Business Ghatering Bank Indonesia

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, menjadi narasumber pada Business Ghatering Bank Indonesia (BI) melalui video conference, Kamis (24/9/2020).


Ia menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia, yang telah mempersiapkan dan memfasilitasi kegiatan dengan tema Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan untuk Indonesia Maju tersebut.

Ia menjelaskan, adanya Covid-19 yang secara luas melanda dunia, tentunya membawa pengaruh yang sangat besar dan berdampak luar biasa pada kehidupan sosial dan ekonomi di hampir semua negara. Ini menyebabkan perekonomian negara berada pada kondisi yang relatif cukup sulit. Demikian juga halnya di Indonesia, sehingga penanganan pandemi ini membutuhkan perhatian prioritas pemerintah baik pusat dan daerah.

"Dampak pandemi terhadap aktivitas ekonomi lebih dari yang diperkirakan dan pemulihannya diproyeksikan akan lebih bertahap dibandingkan estimasi sebelumnya. Sehingga memerlukan upaya yang sinergis dan terintegrasi oleh semua pihak secara bersama-sama untuk memaksimalkan kekuatan dan meredam semakin meluasnya penyebaran Covid-19 ini," jelasnya.

Ke depan pasca pandemi, Gubernur berharap agar Sulsel dapat bangkit dan menjadi lokomotif perekonomian nasional, khususnya untuk Kawasan Timur Indonesia. Ditopang iklim investasi yang kondusif, dan semakin maksimalnya pelayanan pemerintah dari sisi proses perizinan dan layanan publik yang prima. Sulsel tampil sebagai daerah yang terbuka dan ramah investasi.

"Agar pertumbuhan ekonomi dapat kembali normal. Tentu kita gencar melaksanakan pembangunan berupa penyediaan infrastruktur yang memadai. Untuk menunjang kelancaran aktivitas arus barang dan arus jasa, serta aktivitas ekonomi masyarakat," urainya.

Yang paling dekat yang bisa kita lakukan, kata Nurdin Abdullah, adalah pembangunan bandara dan beberapa ruas jalan untuk membuka daerah terisolir. Sehingga, dapat menghasilkan pusat-pusat perekonomian baru dan juga tujuan wisata.

Pembangunan ini membawa dampak positif karena akan menyerap tenaga kerja. Didukung dengan situasi yang terjaga, dapat membuat pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih cepat, sehingga masyarakat Sulsel lebih sejahtera.

Adapun perkembangan makro ekonomi daerah berdasarkan laporan Bank Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan II 2020 melanjutkan deselerasi, tercatat tumbuh -3,9% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% (yoy). Penyebaran pandemi Covid-19 merupakan faktor utama yang menyebabkan kontraksi
pertumbuhan.

Pelaksanaan PSBB dan penutupan penerbangan sebagai upaya menekan laju penyebaran pandemi menurunkan aktivitas konsumsi domestik serta berdampak pada pendapatan yang lebih terbatas, sejalan dengan unpaid leave dan PHK. Konsumsi pemerintah menurun akibat terbatasnya ruang belanja sejalan dengan eksekusi belanja yang belum optimal.

Investor yang cenderung wait and see menahan kinerja investasi. Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja ekspor luar negeri sejalan dengan LU pertambangan yang tumbuh meningkat.

Perekonomian Sulawesi Selatan pada Triwulan III 2020 diperkirakan tumbuh meningkat. Perkiraan peningkatan konsumsi sejalan dengan dibukanya pusat perbelanjaan, toko ritel, dan destinasi wisata diperkirakan meningkatkan kinerja LU perdagangan dan akmamin. Kondisi tersebut juga menciptakan multiplier effect pada LU industri pengolahan. Sementara itu, kinerja LU pertanian lebih terbatas sejalan dengan telah berlalunya musim panen.

Untuk keuangan pemerintah, realisasi belanja APBD lingkup se-Provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan II 2020 tercatat mencapai Rp12,94 triliun atau 29,14% dari pagu anggaran sebesar Rp44,42 triliun. Secara persentase, realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang realisasinya sebesar 26,75%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa 73,9%) dan belanja transfer (pangsa 22,8%). Sementara, realisasi belanja modal mencapai Rp872,7 miliar (pangsa 3,3%). Pada triwulan pelaporan, terdapat realisasi belanja tidak terduga untuk penanganan COVID-19 sebesar Rp 475,2 miliar.

Ke depan, realisasi APBD di Sulsel memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi, di tengah menurunnya kegiatan usaha sektor riil yang terdampak pandemi Covid-19. Bantuan-bantuan yang diberikan Pemerintah dalam rangka penanganan pandemi diharapkan tetap dapat memberikan efek pengganda perekonomian.

Perkembangan Inflasi Laju inflasi Sulsel pada Triwulan II tahun 2020 tercatat sebesar 2,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan I 2020 sebesar 2,5% (yoy). Penurunan tekanan inflasi, selain didorong oleh tersedianya pasokan bahan pangan, juga merupakan dampak dari menurunnya permintaan masyarakat di tengah pandemi.

Pada Triwulan III 2020, inflasi diperkirakan akan kembali meningkat, namun masih dalam interval sasaran Bank Indonesia 3±1%. Tekanan inflasi diperkirakan berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terdampak oleh musim kemarau. Permintaan masyarakat yang mulai meningkat pasca adaptasi kebiasaan baru juga diperkiraan akan memberikan tekanan kenaikan harga.

Untuk mengantisipasinya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulsel terus memperkuat koordinasi secara intensif dalam rangka melanjutkan strategi 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif) serta peningkatan kapasitas produksi strategis melalui daerah penyangga utama dan menjaga kelancaran distribusi.(*)