Inmemoriam Komjen Pol (Purn) Jusuf Manggabarani: Ingin Masuk Surga Bersama  Ajudan

Oleh: Muhammad Arafah***

Kabar wafatnya mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) HM Jusuf Manggabarani tak hanya duka bagi insitusi Bhayangkara RI, namun juga  khalayak umum. Itu ditandai saat prosesi pelepasan jenazah di rumah duka, Perumahan Bukit Khatulistiwa, Makassar, Selasa 20 Mei 2025.

Tampak hadir, bukan  hanya  anggota Polri/TNI aktif, namun juga  unsur pensiunan  polri, kerabat dan masyarakat umum lainnya berjubel. Ketika jenazah diusung menuju ambulance,tak sedikit pelayat meneteskan air mata.

Suasana ramai juga tampak saat  prosesi penguburan di Taman Pemakaman Kehornatan Polri di Cikeas, Bogor, Jakarta, Rabu 21 Mei 2025.

Sebagai  wartawan Harian Pedoma Rakyat yang pernah bertugas 12 tahun meliput berita hukum dan kriminalitas, menjadikan kami banynak berinteraksi dengan Jusuf Manggabarani (sejak Kapolwiltabes Makassar 1997,  Kapolwiltabes Bandung 1998, Wakapolda/kapolda Sulsel, Kapolda Aceh hingga Irwasum Polri 2007).

Kebersamaan kami dengan  ahli Penjnak Bahan Peledak tersebut, terakhir yang  cukup berkesan, saat itu menjabat Irwasum Polri  (2007). Ketka itu Jusuf MB dituaskan Inspektur Upacara HUT Polri di Pulau Sapuka, Kabupaten Pangkep. Berbagai kegiatan sosial dilakukan di wilayah Pulau Sapuka yang berjarak tempuh 18 jam dari Makassar gunakan kapal Dit Polair Makassar.

Untuk memudahkan pengiriman berita kegiatan di Pulau Sapuka ke redaksi Harian Pedoman Rakyat, saat itu pak Jusuf Manggabarani  berikan kami HP satelit. ‘’Silakan gunakan HP satelit ini,’’ ujar mantan Kapolda Sulsel yang dikenal tegas, humoris dan sangat humanis iu.

Kenangan lain,  tahun 1999 silam, Forum Kamttibmas di beberapa kabupaten di Sulsel sangat aktif memerangi bahkan ‘’mengekseskusi’’ terduga pelaku kejahatan. Meski sikap itu ada yang menilai positif, namun, eksesnya menimbulkan kecemasuan dan kerawanan, karena berpotensi faktor pencetus terjadinya bentrok fisik berujung pertumpahan darah  antar lembaga forum kamtibmas.

Ketika berbagai media cetak dan elektronik ramai memberitakan sepak terjang forum kamtibmas, warga makin cemas terhadap santernya rencana saling serang antar forum kamtibmas di beberapa wilayah, termasuk di wilayah Sinjai,Jeneponto, Bone, Bantaeng, Sinjai dan beberapa daerah lainnya.

Tanpa fikir panjang, Wakapolda Sulsel yang saat itu dijabat Brigjen Pol Drs HM Jusuf Manggabarani,  programkan pertemuan dengan para tokoh penggiat Forum Kamtibmas bertempat di Mapolres Sinjai, Sulawesi Selatan.

Keberangkatan ke Sinjai, kami bertiga dalam mobil. Selain wakapolda, juga turut serta ajudan, Brigadir Zaenal. Sebelum berangkat sore dari rumah jabatan di Jalan Monginsidi, Jusuf Manggabarani bertanya, ‘’Kamu berani ji ikut ke Sinjai, Ini rawan ?’’ siap Jenderal, sebagai wartawan Harian Pedoman Rakyat yang posko di institusi kepolisian harus berani,’’ jawabku  singkat, meski juga ada rasa was-was saat itu, apalagi tinggalkan Makassar sudah sangat sore dan surat kabar berhari-hari aktif beritakan, di daerah Selatan-Selatan Sulsel, sering terjadi penghadangan malam di jalan.

Tiba di Sinjai malam hari, setelah silaturahim unsur mus pida, kami bertiga Wakapolda dan ajudan tidur sekamar di salah satu penginapan sederhana di kota Sinjai.

‘’Saya (Jusuf Manggabarani) tidur menggunakan kasur di lantai saja, lalu wartawan bersama ajudan tidur bersama di atas tempat tidur’’, kata Wakapolda saat itu. Selanjutnya menjelang tidur, Jusuf yang juga mantan Danmen II Gegana Brimob Polri itu menjelaskan, ‘’Hobbyku tidur gelap, jadi lampu dipadamkan saja yah. Apakah wartawan bersama ajudan juga senang ji tidur dalam keadaan gelap,’’?, Tanya wakapolda. Spontan kami berdua menjawab. ‘’Siap, sangat senang’’ puang.

‘’Tidur di kamar gelap dan menghadap ke pintu kamar punya fungsi pengamanan. Jika tiba-tiba ada musuh atau lawan berniat jahat, segera kita mengetahuinya dan senjata api langsung ditarik,’’ tandas Jusuf Manggabarani bernada serius. Sebelum lampu dipadamkan, tampak sepucuk senjata api lengkap amunisi, memang terlihat siaga dekat bantal mantan kapolwiltabes Makassar itu.

Keesokan harinya, usai shalat subuh, mantan Kapolwitabes Bandung yang hobby mancing ikan di laut itu mengajak jalan kaki dan keliling menyapa warga dalam areal Palelangan ikan Lappa di Sinjai. Selanjutnya keliling pasar tradisional dan minum kopi serta menikmati kue tradisional Apang (kue Bugis) dan berbaur warga dalam areal pasar.

Kesempatan itu dimanfaatkan Wakapolda bercanda dan tawa lepas dengan sejumlah warga. Setelah warga mengetahui yang datang berpakaian hitam hitam itu adalah Jusuf Manggabarani, tampak suasana makin ramai, apalagi perwira Akpol 1975 itu, aktif mengungkapkan kisah pengalaman tugas yang lucu-lucu.

‘’Mengapa Wakapolda mengunjungi Palelangan Ikan dan Pasar Tradisional di Sinjai,?’’ tanyaku disela-sela mencicipi kue Apang di Pasar di Sinjai saat itu. 

Spontanitas, mantan Dansat Brimob Polda Sulsel itu menjelaskan, jika ingin mngetahui tingkat kerawanan sebuah daerah, pejabat kepolisian harus berani kunjungi lokasi-lokasi yang tiap hari ramai dikunjungi masyarakat. Misalnya Palelangan ikan, pasar tradisional dan area umum lainnya.

‘’Jika kita masuki suatu area publik, lalu warga setempat penuh kecurigaan, apalagi enggan berkomunikasi, hati-hati. Itu pertanda sebuah daerah kurang aman. Sebaliknya, jika warga ramah tanpa curiga dan merespon jika disapa, sebuah ukuran, daerah itu terbilang aman,’’ungkap Jusuf Manggabarani yang cukup lama tugas pengamanan di Timor-Timur itu.

‘’Tadi, warga di Palelangan Ikan Lappa dan warga di Pasar sangat responsif saat disapa. Itu sinyal kuat, bahwa Sinjai aman. Hanya berita-berita di berbagai surat kabar saja yang membesar-besarkan (blow up) sehingga turut memanaskan situasi,’’ tegas Jusuf yang banyak memberikan pelajaran pencerahan berharga terkait tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) institusi kepolisian terutama berbagai taktik dan teknis pola penanganan kamtibmas.

Dalam sebuah kesempatan, kami mengucapkan  selamat, kebetulan Jusuf MB yang hobby masak itu baru saja pulang umroh bersama keluarga dan ajudan. ‘’Terima kasih, memang kami bersama ajudan ke tanah suci, karena kalau komandan mau masuk surga,  sesuai prosedur, tetap ajudan harus lebih dulu masuk surga’’ tutur Jusuf  Manggabarani bernada canda. Innalillahi wainna ilaih rojiun. ( ***Penulis, Wakil Ketua PWI Sulsel Bidang  Advokasi dan Pembelaan  Wartawan).