Si-'Passinrilik', Haeruddin Ahar

Oleh : Rachim Kallo

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Sinrilik merupakan bentuk seni tutur puitis berirama yang dimainkan oleh penutur Bahasa Makassar. Pun sebagai pertunjukan yang diiringi alunan alat musik berupa kesok-kesok, dan diikuti dengan nyanyian dan aturan ritmik 'passinrilik' yang disesuaikan dengan cerita.

Sejak tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, menetapkan Sinrilik sebagai karya budaya yang telah didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional Indonesia. (Warisan budaya tak benda menurut UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya suatu tempat adalah praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan atau ketrampilan, serta instrument, objek, artefak, dan ruang budaya).

Di Makassar di kenal beberapa maestro Sinrilik, di antaranya Almarhum Mappaselleng Dg. MaGau, Almarhum H. Sirajuddin Dg. Bantang dan Syarifuddin Dg. Tutu. Salah satu penerus dari para maestro sinrilik yang masih berkiprah saat ini, Haeruddin Ahar.

Lelaki 51 tahun ini telah mempelajari sinrilik sejak duduk di kelas 4, jurusan karawitan di Sekolah Menegah Karawitan Indonesia (SMKI) Gowa. Udin panggilan akrabnya mengingat pesan salah satu gurunya di SMKI, Almarhum H. Sirajuddin Dg. Bantang, mengatakan “lebih baik kamu mempelajari sinrilik – karena kurang saingan, dibandingkan musik lainnya”.

Dianggapnya sebagai guyonan namun nyata benar adanya.

Dari pesan itu, Udin termotivasi untuk belajar dan mengasah kemampuannya. Sejak lulus di SMKI tahun 1990, Haerudin tidak melanjutkan pendidikannya. Dia lebih memilih bergabung ke Sanggar Sirajuddin di Katangka Gowa.

Selain dasarnya karawitan, tentu alat kesok-kesok tidak begitu susah untuk dia pelajari. Begitupun dalam bertutur dari setiap tema untuk diceritakan, karena disamping bahan-bahan cerita itu didapatkan di Balai Perpustakaan juga dari naskah tua. Jadilah dia seorang Pansirilik.

Beberapa hajatan kesenian dan kebudayaan di Sulawesi Selatan, acapkali memakai jasanya. Hingga sekarang, TVRI Sulawesi Selatan, masih memilih dia sebagai pengisi acara tetap “Aprsesiasi Seni”.

Kurang lebih, 30 tahun dia menggeluti profesi sebagai seniman sinrilik, Haeruddin Ahar tetap konsisten sebagai pansirilik. Sudah banyak pertunjukan dari berbagai tema pernah dicertiakan sesuai kondisinya. Diantaranya, soal peperangan kerajaan, perekonomian hingga kisah percintaan (asmara).

Kehebatan seorang pansirilik menurut Haerduddin Ahar, yang dia masih ingat menurut cerita Almarhum H. Sirajuddin Dg. Bantang, katanya pada zaman kerjaan lampau, hanya pansirilik yang bisa menegur raja, lewat sentilan-sentilan ceritanya.

Di usianya terbilang setengah abad lebih, dia berharap sinrilik bisa diwariskan ke geneasi muda berikutnya. Warisan yang dia maksudkan tentulah ditujukan kepada “mereka” yang punya kepedulian akan nilai-nilai luhur seni budaya dan mau mempelajarinya. (*rk)

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN