Kepala BPPAUD dan Dikmas Sulsel Buka Pelatihan Teknik Keaksaraan

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BPPAUD dan Dikmas) Sulawesi Selatan, Drs Arman Agung, M.Pd membuka Pelatihan Daring Teknik Keaksaraan Bagi Krida Dikmas Satya Widya Budaya Bakti (SWBB).


Pelatihan yang dimoderatori Arman Taufik ini, berlangsung secara virtual, Selasa (22/09/2020). Ada tiga nara sumber yang tampil yakni Pamong Belajar BPPAUD dan Dikmas Sulsel Dra Ridawati M.Pd, Pamong Belajar BPPAUD dan Dikmas Sulsel Ady Wijaya, S.Kom, M.Pd, dan Pamong Saka SWBB Kabupaten Gowa, Sabri M.Pd.

Kegiatan yang berlangsung secara virtual sekitar tiga jam ini, terlaksana atas kerjasama BPPAUD dan Dikmas Sulawesi Selatan dengan Saka Widya Budaya Bakti Kabupaten Gowa.

Kepala BPPAUD dan Dikmas Sulsel Arman Agung memuji ide pamong belajar yang menjalin kerjasama dengan Pramuka dalam upaya mengentaskan buta aksara di daerah ini.
Dia menyarankan, agar ke depan kerjasama dengan Pramuka ini bisa dilakukan dalam skala yang lebih besar. Termasuk melibatkan peserta se-wilayah kerja BPPAUD dan Dikmas Sulsel.

“Kedepan, mungkin bisa melibatkan peserta yang lebih banyak se-wilayah kerja BPPAUD dan Dikmas Sulsel. Ini sebagai pembuka jalan untuk menjadi yang lebih baik,” katanya.

Arman Agung mengatakan, model yang dikembangkan ini bisa menjadi andalan nasional. Sehingga pengurus Pramuka di provinsi dan pusat bisa memberi embel krida kepada lulusan kegiatan ini.

“Model ini bisa jadi andalan nasional. Sehingga pengentasan buta aksara benar-benar bisa dilakukan optimal dengan melibatkan sanggar pramuka,” katanya.

Kepala Balai mengatakan, model ini sebagai pilihan tepat bagi jiwa kepramukaan dan berharap gagasan ini bisa menular ke seluruh Indonesia. Bisa digaungkan agar bisa dicontoh oleh BPPAUD dan Dikmas daerah lain.

Jiwa dari kepramukaan yang merupakan manusia serbaguna seperti yang dilambangkan tunas kelapa yang mengandung banyak filosofi terkait dengan gerakan pramuka.

“Salah satunya adalah, tunas nyiur itu menunjukkan pramuka itu manusai serba guna yang membaktikan diri kepada bangsa dan tanah air. Termasuk di dalamnya pemberantasan buta aksara,” katanya.

Dikatakan, sesuai filosofi popromoku yang dikemukakan Sultan Hamengkubuwono yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Selaras dengan semangat luar biasa filosofi kepramukaan dalam memberantas buta aksara dapat disukseskan di Gowa, kemudian Sulsel. Bahkan seluruh Indonesia.

“Artinya, sanggar widya bakti budaya ini bisa dijadikan garda terdepan dalam pemberantasan buta aksara,” kata Arman Agung.

Dia berharap, pengembangan model yang melibatkan sanggar pramuka ini dalam memberantas buta aksara bisa bergaung secara nasional dalam optimalisasi penuntasan buta aksara.

“Semoga kegiatan ini berlangsung baik. Kemampuan pemateri yang luar biasa akan memberi pengetahuam yang lebih baik lagi. Dan semoga menghasilkan militansi pejuang pemberantasan buta aksara dari Krida Dikmas,” tandasnya. (*)